Peristiwa boleh sama, tetapi angle berita bisa berbeda.
ILUSTRASI. Jurnalis (DALL·E) |
Sebelum mulai menulis berita, langkah awal yang perlu kita pahami adalah menentukan angle berita.
Dalam istilah jurnalistik, angle berita juga dikenal sebagai news peg (pasak berita) atau news hook (pengait berita).
Sederhananya, angle berita merupakan sudut pandang atau perspektif jurnalis dalam melihat sebuah peristiwa.
Menjadi pandangan bagi jurnalis saat menulis dan menjawab pertanyaan dari apa diberitakannya, dengan dua pertanyaan "why" (mengapa) atau "how" (bagaimana) misalnya. Jawaban yang diperoleh menjadi landasan yang luas dalam menulis berita. {next}
Mengapa penting untuk menentukan Angle Berita?
Karena hal ini memastikan bahwa tulisan kita fokus pada fakta atau informasi yang benar-benar signifikan terkait peristiwa yang sedang diliput. Tidak semua informasi memiliki nilai berita dan menentukan angle berita membantu menyaring informasi yang relevan.
Mitchell V Charnley dalam bukunya Reporting edisi III, menyatakan bahwa suatu fakta baru layak dijadikan berita hanya jika mempunyai nilai berita tinggi, artinya penting dan menarik bagi khalayak.
Angle berita yang relevan memberikan keunikan pada karya jurnalistik kita, menjadikannya berbeda dan menarik.
Biasanya, dalam perencanaan liputan, jurnalis sudah mengusulkan angle berita yang akan diambil. Namun, terkadang dapat terjadi perubahan saat berada di lapangan, jika mendapatkan informasi yang lebih penting dan menarik dari yang telah direncanakan sebelumnya.
Contohnya, dalam peristiwa kebakaran. Terkadang jurnalis hanya fokus pada statistik jumlah rumah yang terbakar dan kronologi peristiwa, seorang jurnalis yang berbakat dapat memberikan sudut pandang yang berbeda, misalnya lebih menekankan sisi kemanusiaan.
{next}Dengan kreativitas dan ketajaman naluri kita dalam melihat peristiwa, tentu kita bisa menghasilkan berita yang berbeda pula.
Sebagai contoh, dalam musibah kebakaran, seorang jurnalis yang berada di lokasi kejadian sebaiknya mencari data terkait musibah tersebut. Mewancarai korban yang selamat, saksi mata, petugas pemadam kebakaran, dan aparat kepolisian.
Selanjutnya, jurnalis yang kreatif harus menggunakan semua inderanya dan tidak puas dengan data dan hasil wawancara yang sudah diperolehnya. Dibutuhkan kejelian naluri (instinct) untuk menentukan angle berita.
Mungkin dalam peristiwa tersebut, kita dapat menyertakan detail kecil yang dapat membuat pembaca terlibat secara emosional.
Sebagai contoh, kita bisa menulis tentang seorang warga yang berani menyelamatkan kucing peliharaannya di dalam kandang di tengah kobaran api yang melanda rumahnya.
Aksi heroik warga tersebut tentu akan menarik perhatian. "Angle Berita" kita yang berbeda dalam melaporkan peristiwa tersebut akan membuat pembaca ingin mengetahui lebih banyak tentang peristiwa tersebut.
Kita juga bisa mencari korban yang selamat, mungkin ada cerita atau sisi lain yang dapat diungkapkannya. Misalnya, apakah ia terbangun dari tidur karena teriakan warga, sehingga ia berusaha menyelamatkan dua anaknya yang tertidur pulas di tengah kobaran api yang sudah membakar rumah tetangganya.
Tentu saja, tidak mudah. Selain mengasah naluri, dibutuhkan kesabaran dalam menggali informasi dari peristiwa itu.
Pepih Nugraha dalam Tulislah! Mengembangkan Proses Kreatif Menulis Berita, Feature, Fiksi, menjelaskan mengasah naluri (instinct) memiliki dua modal, yaitu mengasah keingintahuan yang besar (curiosity) dan mengasah keraguan yang dalam (sceptic).
Keraguan membuat kita selalu ingin membuktikan fakta saat berada di lapangan, sementara keingintahuan yang besar mendorong kita untuk menyelidiki lebih lanjut sebuah peristiwa atau fenomena. Kedua modal tersebut harus terus dilatih dan dikembangkan. (*)